Wahai Tuhanku, Allah...
Mungkin tak pernah kupahami sebelumnya
Tentang apa apa yang telah Kau ciptakan
untukku
Hanya untukku, spesial untukku.
Ketika semua ini hanya tampak seperti sebuah
bola salju
Yang dingin menyenangkan dan terlempar pecah
di hadapku
Itu hanya permainan belaka yang tak pernah ada
maksud baiknya
Aku yang memunguti bola-bola salju yang
tercecer itu
Terkadang merasa beku di ujung jemarianku
Tak mungkin
Tak mungkin
Dan tak mungkin
Terus-terusan saja aku menelan kosakata TAK
MUNGKIN
Bukan karena aku tak percaya bahwa Kau Maha
Berkehendak
Namun, ini adalah perkara TAK MUNGKIN yang
lain
TAK MUNGKIN kau ridhoi aku memunguti bola-bola salju itu
Bahkan melemparkannya kembali ke tempat asal
Hingga terjalin lelemparan yang menyenangkan
Yang seperti menimang-nimangku dalam buaian
fana!
FANA! Dan FATAMORGANA!!
Allah, Kau yang sebut Tuhanku..
Tidak pantaslah aku memohon yang terlalu lebih
dari ini.
Yang aku tak pernah menghitung jumlah dari
semua itu
Rumus mana yang harus kugunakan, tak ada
Jika apa yang Kau beri adalah sebagai wujud
CINTA-MU padaku
Etisnya aku MEMBALAS CINTAMU
Memang Kau tak mengirimkan sekuntum bunga
mawar atau sepucuk surat cinta
Namun lebih dari itu
Kau mengirimkan SURAT CINTA dengan sabar
Bahkan aku mengacuhkannya!!
Surat cinta yang kau titipkan pada seorang
lelaki tampan itu
Beliau yang tersemat gelar Al Amin
Sungguh, Allah...
Aku telah mengacuhkan surat cinta itu
Maaf..
Baru aku sadari, bahwa KAU MEMANG BENAR CINTA...!
CINTA-MU yang membelaiku selama ini
Hingga aku bisa merasakan banyak rasa
Malahan, apa yang kau beri sebagai wujud
CINTA-MU itu
Aku jadikan alat untuk mencintai MAKHLUK
CIPTAAN-MU
APAKAH
KAU CEMBURU, WAHAI ALLAHKU...
Jika benar Kau cemburu,
Jalan mana yang harus aku tempuh
Untuk menukar rasa cemburu itu dengan
segenggam ampunan
Entah apa yang kuyakini selama ini
Imanku yang seolah seperti gelombang tsunami
yang tak menentu
Maaf jika cinta-Mu seolah tergadaikan
Tapi sungguh,
Aku ingin
AKU
TAK KAN MENGGADAIKAN CINTA-MU