Minggu, 14 Oktober 2012

jika esok tak bersama


Kawan, ketika suaraku tak semerdu hari lalu, apa masih betah kau bercengkrama bersamaku? 

Mungkin saja jenuh mendengar nyanyianku. Atau mungkin malah bosan dengan wujudku. Kawan, akan aku katakan dengan nada yang manja, berbisik pada telingamu, mengusap lembut jemarimu, atau mengelus punggungmu seperti aku memanjakan anak kecil..... Bahwa aku mungkin tak selamanya berada di sini, di sisimu, kawan. Tak mungkin aku selalu ada menyapamu dengan teriakan kecil yang manja. Tak mungkin aku selalu ada tertawa mendengar guyonanmu yang unik dan menggemaskan. Tak mungkin selalu ada untuk membuatkanmu teh anget ketika kamu sedang sakit. Tak mungkin selalu ada menemanimu membuat proposal. Tak mungkin selalu ada merengek manja minta untuk diajari sesuatu. Tak mungkin... Tak mungkin.... Tak mungkin.... 

Kawan, sungguh teramat berharganya persahabatan yang terjalin ini. Hingga suatu saat aku tak lagi merasakannya, cerita ini akan aku tulis, karena tak mungkin aku dongengkan semuanya ke seluruh pelosok negeri. Kawan, mungkin saja kau tak berkenan jika kujadikan tokoh utama dalam secerita kisahku. Maaf kawan, tak ada surat ijin, hitam di atas putih atas hal ini.

Ketika aku merajutnya, kau mungkin masih tertidur pulas, menikmati dedongengan mimpi yang mungkin jauh berbeda dengan mimpiku semalam. Kawan, rajutan kisah bersahabatan ini akan aku kenakan hingga kelak aku memiliki anak cucu, karena sejarah tidak boleh dihilangkan. Atau aku akan memuseumkannya dalam etalase kaca yang indah, siapa saja yang melihatnya akan merasa ingin mencicipinya. Aku tahu, Allah telah merencanakan sesuatu untukku dalam waktu dekat ini, dan sayangnya, aku tak tahu rencana apa itu. Kawan, mungkin saja rajutan ini belum sempurna, maaf jika tak mampu tangan ini menyempurnakannya....

Untukmu, sahabatku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar