Beringsut
dari pembaringan semalam, seperti mendapati rasa sosok tubuh yang ngambang
njomplang-njomplang. Tidak lupa juga akan perjalanan kemarin sore yang cukup
formatif kreatif inovatif dan primitif. Hah..istilah apa lagi itu? Setelah
gliyer-gliyer di kampus akhirnya pulang e kos hujan-hujanan dan bermaksud
pulang ke rumah orang tua (hah?). Menebengkandiri di belakang kakakku, kukira
akan aman dan nyaman untuk kepalaku yang masih nyut-nyutan. Ternyata justru
diajak muter-muter mencari sesuatu sepesial untuk calon kakak iparku (lhoh?). Angin
jalanan pun membuat badanku agak menggigil nggak jelas. Setelah perjalanan
lumayan muter-muter itu, dengan kekuatan alakadarnya aku pastikan kepalaku
masih tertancap di leher. Tiba-tiba… Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiit…tittttttttt..tiiiiiittttttt..
Beberapa kali kakakku hampir membahayakan orang lain (termasuk aku dan dia
sendiri). Akhirnya kami berhenti di tepian sawah sebelah barat jembatan progo.
“Ngapa e?”, ucapku agak konyol juga menanyakan sesuatu yang sudah jelas. Tanpa
sekecap kata, kakakku menyandarkan motor lalu turun dan merebahkan tubuhnya di
atas tepian kalen tepi jalan raya. Satu kata, “ngantuk”. Tiba-tiba… merem,
tidur. Fyuh…aku mengela nafas agak panjang. Beranjak dari tempatku berdiri, aku
ndheprok di dekatnya. Tak peduli lagi siapa yang lalu lalang di jalanan.
“Ah..ra kenal kok”. Hehe. Sedetik dua detik, semenit dua menit, sejam..(oh,
tidak, tidak sampai sejam). Ah, itulah cerita yang nggak jelas, mengapa harus
kuteruskan untuk menulis? Hm..
Tak
ingatkah aku bahwa kemarin saat kembali ke jogja pun aku mengalami kisah yang
agak dramatis? Ketika aku berdiri di bis gedhe dan ada simbah-simbah terjatuh
di sampingku. Lalu di pasar gamping aku kehabisan bis jalur 15, hanya ada satu
bis terakhir, aku ikut dan aku diturunkan secara agak terpaksa di demak ijo.
Kebingungan nggak ada ojek, padahal shalter trans jogja berkilo-kilometer
(emang iya? Nggak tau juga sih).
Dalam kebingungan itu, aku ingat sesuatu,
kunci kamarku ketinggalan. Fyuh, luar biasa. Mencoba tetap bersikap tenang dan
senang, agar tak mengundang hasrat calon ‘penjahat’ yang (mungkin)
berseliweran. Ketika adzan maghrib sudah selesai, aku baru mendapat solusi
untuk ikut bis gedhe jurusan magelang. Oke, aku cegat dia, aku ikut dia,
menumpang samapi di terminal Jombor. Krik krik krik..agak bingung dalam bis,
karena belum pernah tau letak terminal Jombor itu di mana, inilah aku yang
nggak gaul dengan situasi jogja. Haha. “Mbak, njombor, mbak.”, kata pak kenek.
Aku diturunkan. Sejenak menikmati dan menghayati suasana terminal yang sepi.. Hi..
What am i going to do here? Hihi. Yups, di sebelah sana ada shalter transjogja.
Oke, segera berjalan cepat hampir berlari menujunya. “Panti Rapih, Mbak”,
ucapku sambil menyodorkan uang. “2B”, katanya. Dalam batin aku bilang : udah
tauuuuuuu. Hehe. Agak tenang ketika di dalam bis trans jogja walaupun
kedinginan AC. Brrrrr…
Yah, ini juga cerita nggak penting, mengapa harus
kutulis? Hm.. Tak usah aku ceritakan bahwa aku juga berjalan kaki 15 menit
sendiri di keramaian dan kesepian jalanan depan maskam UGM. (lhoh?? bukankah
dengan begitu sama saja aku cerita? Hu..dasar). Alhasil aku menjebol gembok
kamar, dan fyuh…. Tergeletak, dan makan, dan mengurusi tugas, dan baru ingat
kalau belum mandi, dan mandi. Haha.
Sudahlah..
Itu cerita
basi. Sekarang? Sekarang? Sekarang aku bingung untuk mengutarakan isi hatiku.
“Rinujit rujit jroning atiku, sakabehe kang dadi amanahku katon sangsaya abot
nggangdhul ana pundakku. Pundakku abot, gegerku lara, mlakuku kaseret-seret.
Panduluku wus krasa panas, panas, panis. Merem ora lali, melek ora kuat. Yen
kok takoni kenangapa, laraku udu lara awak. Laraku udu lara ati. Laraku lara
pikir. Kepara malah lara jiwa.”, jangan kira ini keadaanku sekarang, ini adalah
cuplikan cerkak berjudul..em….berjudul….em……”aku wis gedhe”. Hah?
Sungguh..judul yang konyol. Hehe..cengengesan.
Sudahlah,
ini hanya pelampiasan nikmatnya suatu proses pendewasaan…
Untuk tugas kuliahku
yang belum finish 100% : Buku Ekspresi Tulis, Buku Ajar, Kamus Konotatif,
Semantik, Filologi. Dan untuk tugas nonkuliah : Laporan PKM untuk besok kamis.
Dan untuk tugas kampung : Proker Karang Taruna, Atribut PIK-R, Rekapan tabungan
santri, Pendataan perpus masjid, dan minggu depan wartawan amatir ini beraksi
pada kampanye bupati di desa. Untuk semua pegawean rumah tangga, baik di rumah
maupun di kos. Untuk semuanya : BUDAYAKAN ANTRI…!
Akhir
tulisan,
Syifa
sedang akan beranjak dewasa, sungguh dia masih anak-anak.
31 Mei 2011
(12:27)